Selasa, 25 Maret 2014

Cerita KEONG EMAS



KEONG EMAS

Assalamu’alaikum wr.wb.
Yang terhormat Bapak/ Ibu dewan juri dan temen-temen yang saya sayangi. Dalam kesempatan ini saya akan menceritakan sebuah cerita yang berjudul “KEONG EMAS”  Tolong di dengarkan ya?...........
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang Nenek tua dia bernama nenek Dadapan. Ia hidup sebatangkara, dan tinggal di gubuk tua yang reok di Desa Sembadil, dengan berlantaikan tanah gubuk itu kelihatan kotor, tidak ada perabotan bagus di dalamnya. Gubuk itu terletak di tengah hutan. Sejak suaminya meninggal Nenek itu kehidupannya serba susah, ia harus mencari nafkah dengan berjualan seadanya, kadang ia menjual daun jati atau daun pisang, dan kadang juga ia berjualan ikan-ikan kecil yang diambil dari pantai.
Semasa suami Nenek Dadapan masih hidup, Nenek Dadapan sangat rajin membantu suaminya, mereka bersama-sama keluar masuk hutan untuk mencari kayu bakar untuk dijual di pasar dan meraka pun hidup berbahagia dengan kesederhana’annya itu.
Suatu hari Suami Nenek Dadapan sakit keras dan hari ke hari kondisinya semakin parah hingga suami Nenek Dadapan meninggal dunia. Kini tak ada orang yang biasa menumpang hidupnya dan tak ada lagi orang untuk berbagi cerita suka, duka, harus ia tanggung sendiri dan untuk menghilangkan rasa sedihnya, Nenek Dadapan selalu menyibukkan dirinya untuk mencari kayu bakar di hutan untuk di jual.
Pagi itu Nenek Dadapan berminat untuk pergi ke pantai dan disaat itu suasana pantai sangat lengang. Langkah demi langkah di tempuh oleh Nenek Dadapan dan ia berharap mendapat ikan yang lumayan besar , tetapi hanya ikan-ikan kecil yang ia dapatkan. Hari pun mulai siang tetapi ikan besar yang ia idamkan tak kunjung tertangkap. Senja pun tiba, Nenek Dadapan memutuskan untuk pulang dengan membawa ikan kecil-kecil hasil tangkapannya. Ketika Nenek Dadapan akan pulang mata nenek tertuju pada cahaya yang mengkilap dan rasa takut tersimpan dalam hatinya untuk mendekati benda menyala itu… dengan berhati-hati Nenek Dadapan menberanikan dirinya untuk mendekati benda tersebut.semakin dekat Ahhh… hanya seekor keong!... tapi ini……… ke-ke-Keong Emas!” keong itu mempunyai cangkang yang sangat berkilau dan di ambilnya Keong Emas itu lalu di bawa pulang.
Saat fajar mulai menyingsing, kokok ayam bersahutan tanda sang surya akan terbit di ufuk timur dan Nenek Dadapan pun teringat pada keongnya dengan bergegas ia menghampiri keong itu.” Selamat pagi Keong Emasku…nyenyakkah tidurmu semalam?...andai engkau dapat bicara pasti aku sangat senang”
Akhirinya Nenek Dadapan pergi kehutan untuk mencari daun jati dan daun  pisang, sebelum ia berangkat ia berpamitan pada Keong Emas itu:” tunggu aku keong do’akan aku agar mendapakan daun yang banyak dan nanti kita dapat makan enak”.
Hari beranjak siang nenek pun bergegas untuk mengumpulkan daun-daun yang ia peroleh kemudian ia jual kepasar. Pasar sangat ramai dan tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang memborong dagangannya Nenek Dadapan. Setelah dagangannya habis Nenek Dadapan pulang. Nenek Dadapan akhirnya sampai di gubuknya… ketika ia masuk kedalam gubuk ia bingung kenapa gubuk ku bersih dan di atas meja ada hidangan … sang nenek pun bingung akan kejadian di gubuknya. Masih dengan rasa tidak percaya , setiap harinya pasti kejadian separti itu.
Pagi-pagi sekali Nenek Dadapan sudah bangun dari tidurnya lalu ia pun berpura-pura pergi dan Nenek Dadapan berniat untuk mengintip di balik-baliknya. Ketika keong emas itu berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik jelita.nenek itu tidak menyia-nyiakan waktunya dan nenek pun masuk kedalam gubuk dan mendekati sang gadis itu, sang gadis terkejut dan hampir berteriak, lalu keong emas dijadikan anak angkat oleh Nenek Dadapan. Alangkah bahagianya hati sang Nenek Dadapan karena sudah mendapatkan anak asuh jadi ia tidak kesepian lagi, dan tidak henti-hentinya Nenek Dadapan mengucap syukur kepada sang pencipta.setelah kehadiran Dewi Candra Kirana kini hidupnya penuh dengan kebahagiaan.
Nenek Dadapan tidak mengetahui jika Dewi Candra Kirana itu adalah seorang putri raja yang di kutuk oleh penyihir jahat menjadi seekor keong emas dan Dewi Candra Kirana pun tidak menceritakan pada sang nenek. Di kemeudian hari Dewi Candra Kirana melamun dan teringat suaminya di kerajaan… nenek Dadapan pun mendekati anaknya yang bersedih dan bertanya ada anak anak ku… kau teringat suamimu?... iya ibu, sedang apa suamiku sekarang?... ada dimana dia?... apakah dia pun memikirkan diriku?...” rasa rindu Dewi Candra Kirana pada suaminya membuat air matanya menetes dan membasaha ke dua pipinya … nak… jangan bersedih kalau memang kehendak yang maha kuasa akan mempertemukanmu kembali dengan suamimu, niscaya akan terwujud. Berdo’alah terus, mintalah petunjuk kepada sang dewata.
Pada saat yang sama, di tengah hutan nampak tiga orang lelaki sedang duduk beristirahat di bawah pohon yang rindang. Yang satu berbadan gemuk dan pendek ia bernama Jarodeh, yang berbadan kurus dan tinggi ia bernama Pacantra dan yang satunya lagi berbadan tegap, gagah dan tampan itu adalah Raden Panji Inukartapati. Raden panji serta kedua pengawalnya mencari putri Dewi Candra Kirana sampai ditengah hutan, mereka kehausan dan beristirahat di tengah hutan sambil melihat sekeliling hutan dan salah satu pengawalnya ada yang melihat subuah gubuk di tengah hutan dan ia pun nengetahui Raden Panji .
Raden ditengah hutan ada gubuk kecil kayaknya ada menghuninya, bolehkah aku pergi ke gubuk itu untuk minta air… raden pun menjawab iya boleh!... akhirnya pancatra yang ke gubuk itu. “Sampurasun… sambil mengetuk pintu dan Dewi Candra Kirana menjawab Rampes…alangkah terkejutnya Pancatra melihat seorang perempuan cantik itu Sampurasun nyai kami kehausan, bolehkah kami minta seteguk air?...  kami datang dari jauh, sebenarnya kami bertiga tapi yang lain ada di dalam hutan, kami kehabisan bekal kalau boleh kami minta seteguk air… boleh… sebentar paman! Dewi Cadra Kirana pun langsung mengambilkan air minum. Lalu pancatra membawa air minum itu pada temennya dan dia pun sempat berfikir apa tadi istri raden panji y… sesampai di tengah hutan raden panji dapat air dri mana… tadi aku minta pada sang nenek dan gadis cantik yang tinggal di tengah hutan itu raden.. dan  pacantra semapat menceritakan wanita cantik itu kepada Raden Panji, tapi pembicarannya tidak di teruskan.
Setelah meminum air itu Raden panji pun beristirahat hingga tertidur pulas. Ketika jorodeh dan pacatra datang ia terbangun karena medengar obrolan ke 2 pengawalnya. Raden panji penasaran dengan apa yang mereka obrolkan. Karena terlihat sangat serius. Raden panji semakin penasaran … ada apa rupanya dengan mereka?... ‘ kalian seperti melihat setan saja!” “A…Ampun tu-tuan!!” iya ada apa?” “ itu tuan disana, digubuk itu berpenghuni seorang wanita cantik dan nenek tua!” “ ah aku kira ada apa?... tapi ini bukan wanita biasa …sepertinya seorang putri”. Iya tuan aku tidak bohong buktinya joradeh juga melihatnya… iya’2 aku juga parcaya. Sudah sekarang kalian cari kayu buat api unggun hari sudah mulai gelap kita beristirahat disini . karna kelelahan akhrinya mereka tertidur dengan pulas.
Cahaya matahari sudah mulai merambat memesuki celah pepohonan. Kokok ayam jago bersahutan. Sementara itu, jorodeh dan pacantra masih tampak tertidur lelap. Belum ada tanda-tanda mereka akan membuka matanya. Raden Panji mendekati keduanya suruh bangun karna hari sudah siang. Raden Panji serta kedua pengawalnya melanjutkan perjalanannya ke gubuk nenek dadapan tinggal.
Sesampainya di depan gubuk Nenek Dadapan suasana terlihat sangat sepi tidak terlihat ada penghuninya. Raden Panji memberi isyarat kepada kedua pengawalnya agar mereka tidak memberitahukan siapa Raden Panji sebenarnya kepada Nenek Dadapan
Ma’af nek dimana anak nenek?.... dia ada didalam sedang membereskan rumah. Sepeninggal Nenek Dadapan Raden Panji mulai gelisah.  Raden Panji sedang duduk melamun membelakangi pinti gubuk ketika Dewi Candra Kirana datang membawakan air untuk mereka minum Jorodeh dan Pacantra tampak kaget melihat kedatanggannya. Dewi Candra Kirana memperhatikan wajah Raden Panji. Lalu tanpa tersa kendi yang berisi air serta cangkir yang berada di atas baki itu terjatuh praakk…. Suara iru mengagetkan Raden Panji dan ketika Raden Panji menoleh kea rah suara itu alangkah kagetnya yag dihadapannya adalah istrinya yang Raden Panji Cari. Tanpa mereka sadari, mereka saling berpelukan dengan air mata yang membasahi pipi.
Akhirnya mereka semua pulang ke istana . mereka semua terlihat sangat bahagia. Apalagi pengaruh nenek sihir pada Dewi Candrakirana telah sirna karna sudah bertemu dengan suaminya.
Kini Dewi Candrakirana dan Raden Panji hidup rukun bahagia. Tiada hari yang terlewatkan tanpa canda tawa. Kemana-mana selalu bersama. Sementara Nenek Dadapan pun menghabiskan masa tuanya dengan penuh kebahagiaan tanpa harus bersusah bekerja keras membanting tulang. Karena kini segala kebutuhan sudah tersedia di istana. 
Itulah  cerita tentang “KISAH KEONG EMAS”  atas pehatian dewan juri serta temen-temen saya ucapkan terima kasih .
Wasalamu’alaikum wr.wb


Selamat menghafal?...............ya.



0 komentar:

Posting Komentar