KEONG
EMAS
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Yang
terhormat Bapak/ Ibu dewan juri dan temen-temen yang saya sayangi. Dalam
kesempatan ini saya akan menceritakan sebuah cerita yang berjudul “KEONG
EMAS” Tolong di dengarkan ya?...........
Pada
zaman dahulu kala hiduplah seorang Nenek tua dia bernama nenek Dadapan. Ia
hidup sebatangkara, dan tinggal di gubuk tua yang reok di Desa Sembadil, dengan
berlantaikan tanah gubuk itu kelihatan kotor, tidak ada perabotan bagus di
dalamnya. Gubuk itu terletak di tengah hutan. Sejak suaminya meninggal Nenek
itu kehidupannya serba susah, ia harus mencari nafkah dengan berjualan
seadanya, kadang ia menjual daun jati atau daun pisang, dan kadang juga ia
berjualan ikan-ikan kecil yang diambil dari pantai.
Semasa
suami Nenek Dadapan masih hidup, Nenek Dadapan sangat rajin membantu suaminya,
mereka bersama-sama keluar masuk hutan untuk mencari kayu bakar untuk dijual di
pasar dan meraka pun hidup berbahagia dengan kesederhana’annya itu.
Suatu
hari Suami Nenek Dadapan sakit keras dan hari ke hari kondisinya semakin parah
hingga suami Nenek Dadapan meninggal dunia. Kini tak ada orang yang biasa
menumpang hidupnya dan tak ada lagi orang untuk berbagi cerita suka, duka,
harus ia tanggung sendiri dan untuk menghilangkan rasa sedihnya, Nenek Dadapan
selalu menyibukkan dirinya untuk mencari kayu bakar di hutan untuk di jual.
Pagi
itu Nenek Dadapan berminat untuk pergi ke pantai dan disaat itu suasana pantai
sangat lengang. Langkah demi langkah di tempuh oleh Nenek Dadapan dan ia
berharap mendapat ikan yang lumayan besar , tetapi hanya ikan-ikan kecil yang
ia dapatkan. Hari pun mulai siang tetapi ikan besar yang ia idamkan tak kunjung
tertangkap. Senja pun tiba, Nenek Dadapan memutuskan untuk pulang dengan
membawa ikan kecil-kecil hasil tangkapannya. Ketika Nenek Dadapan akan pulang
mata nenek tertuju pada cahaya yang mengkilap dan rasa takut tersimpan dalam
hatinya untuk mendekati benda menyala itu… dengan berhati-hati Nenek Dadapan
menberanikan dirinya untuk mendekati benda tersebut.semakin dekat Ahhh… hanya
seekor keong!... tapi ini……… ke-ke-Keong Emas!” keong itu mempunyai cangkang
yang sangat berkilau dan di ambilnya Keong Emas itu lalu di bawa pulang.
Saat
fajar mulai menyingsing, kokok ayam bersahutan tanda sang surya akan terbit di
ufuk timur dan Nenek Dadapan pun teringat pada keongnya dengan bergegas ia
menghampiri keong itu.” Selamat pagi Keong Emasku…nyenyakkah tidurmu
semalam?...andai engkau dapat bicara pasti aku sangat senang”
Akhirinya
Nenek Dadapan pergi kehutan untuk mencari daun jati dan daun pisang, sebelum ia berangkat ia berpamitan
pada Keong Emas itu:” tunggu aku keong do’akan aku agar mendapakan daun yang
banyak dan nanti kita dapat makan enak”.
Hari
beranjak siang nenek pun bergegas untuk mengumpulkan daun-daun yang ia peroleh
kemudian ia jual kepasar. Pasar sangat ramai dan tiba-tiba ada seorang ibu-ibu
yang memborong dagangannya Nenek Dadapan. Setelah dagangannya habis Nenek
Dadapan pulang. Nenek Dadapan akhirnya sampai di gubuknya… ketika ia masuk
kedalam gubuk ia bingung kenapa gubuk ku bersih dan di atas meja ada hidangan …
sang nenek pun bingung akan kejadian di gubuknya. Masih dengan rasa tidak
percaya , setiap harinya pasti kejadian separti itu.
Pagi-pagi
sekali Nenek Dadapan sudah bangun dari tidurnya lalu ia pun berpura-pura pergi
dan Nenek Dadapan berniat untuk mengintip di balik-baliknya. Ketika keong emas
itu berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik jelita.nenek itu tidak
menyia-nyiakan waktunya dan nenek pun masuk kedalam gubuk dan mendekati sang
gadis itu, sang gadis terkejut dan hampir berteriak, lalu keong emas dijadikan
anak angkat oleh Nenek Dadapan. Alangkah bahagianya hati sang Nenek Dadapan
karena sudah mendapatkan anak asuh jadi ia tidak kesepian lagi, dan tidak
henti-hentinya Nenek Dadapan mengucap syukur kepada sang pencipta.setelah
kehadiran Dewi Candra Kirana kini hidupnya penuh dengan kebahagiaan.
Nenek
Dadapan tidak mengetahui jika Dewi Candra Kirana itu adalah seorang putri raja
yang di kutuk oleh penyihir jahat menjadi seekor keong emas dan Dewi Candra
Kirana pun tidak menceritakan pada sang nenek. Di kemeudian hari Dewi Candra
Kirana melamun dan teringat suaminya di kerajaan… nenek Dadapan pun mendekati
anaknya yang bersedih dan bertanya ada anak anak ku… kau teringat suamimu?...
iya ibu, sedang apa suamiku sekarang?... ada dimana dia?... apakah dia pun
memikirkan diriku?...” rasa rindu Dewi Candra Kirana pada suaminya membuat air
matanya menetes dan membasaha ke dua pipinya … nak… jangan bersedih kalau
memang kehendak yang maha kuasa akan mempertemukanmu kembali dengan suamimu,
niscaya akan terwujud. Berdo’alah terus, mintalah petunjuk kepada sang dewata.
Pada
saat yang sama, di tengah hutan nampak tiga orang lelaki sedang duduk
beristirahat di bawah pohon yang rindang. Yang satu berbadan gemuk dan pendek
ia bernama Jarodeh, yang berbadan kurus dan tinggi ia bernama Pacantra dan yang
satunya lagi berbadan tegap, gagah dan tampan itu adalah Raden Panji
Inukartapati. Raden panji serta kedua pengawalnya mencari putri Dewi Candra
Kirana sampai ditengah hutan, mereka kehausan dan beristirahat di tengah hutan
sambil melihat sekeliling hutan dan salah satu pengawalnya ada yang melihat
subuah gubuk di tengah hutan dan ia pun nengetahui Raden Panji .
Raden
ditengah hutan ada gubuk kecil kayaknya ada menghuninya, bolehkah aku pergi ke
gubuk itu untuk minta air… raden pun menjawab iya boleh!... akhirnya pancatra
yang ke gubuk itu. “Sampurasun… sambil mengetuk pintu dan Dewi Candra Kirana
menjawab Rampes…alangkah terkejutnya Pancatra melihat seorang perempuan cantik
itu Sampurasun nyai kami kehausan, bolehkah kami minta seteguk air?... kami datang dari jauh, sebenarnya kami
bertiga tapi yang lain ada di dalam hutan, kami kehabisan bekal kalau boleh
kami minta seteguk air… boleh… sebentar paman! Dewi Cadra Kirana pun langsung
mengambilkan air minum. Lalu pancatra membawa air minum itu pada temennya dan
dia pun sempat berfikir apa tadi istri raden panji y… sesampai di tengah hutan
raden panji dapat air dri mana… tadi aku minta pada sang nenek dan gadis cantik
yang tinggal di tengah hutan itu raden.. dan
pacantra semapat menceritakan wanita cantik itu kepada Raden Panji, tapi
pembicarannya tidak di teruskan.
Setelah
meminum air itu Raden panji pun beristirahat hingga tertidur pulas. Ketika
jorodeh dan pacatra datang ia terbangun karena medengar obrolan ke 2
pengawalnya. Raden panji penasaran dengan apa yang mereka obrolkan. Karena
terlihat sangat serius. Raden panji semakin penasaran … ada apa rupanya dengan
mereka?... ‘ kalian seperti melihat setan saja!” “A…Ampun tu-tuan!!” iya ada
apa?” “ itu tuan disana, digubuk itu berpenghuni seorang wanita cantik dan
nenek tua!” “ ah aku kira ada apa?... tapi ini bukan wanita biasa …sepertinya
seorang putri”. Iya tuan aku tidak bohong buktinya joradeh juga melihatnya…
iya’2 aku juga parcaya. Sudah sekarang kalian cari kayu buat api unggun hari
sudah mulai gelap kita beristirahat disini . karna kelelahan akhrinya mereka
tertidur dengan pulas.
Cahaya
matahari sudah mulai merambat memesuki celah pepohonan. Kokok ayam jago
bersahutan. Sementara itu, jorodeh dan pacantra masih tampak tertidur lelap.
Belum ada tanda-tanda mereka akan membuka matanya. Raden Panji mendekati
keduanya suruh bangun karna hari sudah siang. Raden Panji serta kedua
pengawalnya melanjutkan perjalanannya ke gubuk nenek dadapan tinggal.
Sesampainya
di depan gubuk Nenek Dadapan suasana terlihat sangat sepi tidak terlihat ada
penghuninya. Raden Panji memberi isyarat kepada kedua pengawalnya agar mereka
tidak memberitahukan siapa Raden Panji sebenarnya kepada Nenek Dadapan
Ma’af
nek dimana anak nenek?.... dia ada didalam sedang membereskan rumah.
Sepeninggal Nenek Dadapan Raden Panji mulai gelisah. Raden Panji sedang duduk melamun membelakangi
pinti gubuk ketika Dewi Candra Kirana datang membawakan air untuk mereka minum
Jorodeh dan Pacantra tampak kaget melihat kedatanggannya. Dewi Candra Kirana
memperhatikan wajah Raden Panji. Lalu tanpa tersa kendi yang berisi air serta
cangkir yang berada di atas baki itu terjatuh praakk…. Suara iru mengagetkan
Raden Panji dan ketika Raden Panji menoleh kea rah suara itu alangkah kagetnya
yag dihadapannya adalah istrinya yang Raden Panji Cari. Tanpa mereka sadari,
mereka saling berpelukan dengan air mata yang membasahi pipi.
Akhirnya
mereka semua pulang ke istana . mereka semua terlihat sangat bahagia. Apalagi
pengaruh nenek sihir pada Dewi Candrakirana telah sirna karna sudah bertemu
dengan suaminya.
Kini
Dewi Candrakirana dan Raden Panji hidup rukun bahagia. Tiada hari yang
terlewatkan tanpa canda tawa. Kemana-mana selalu bersama. Sementara Nenek
Dadapan pun menghabiskan masa tuanya dengan penuh kebahagiaan tanpa harus
bersusah bekerja keras membanting tulang. Karena kini segala kebutuhan sudah
tersedia di istana.
Itulah cerita tentang “KISAH KEONG EMAS” atas pehatian dewan juri serta temen-temen
saya ucapkan terima kasih .
Wasalamu’alaikum wr.wb
Selamat
menghafal?...............ya.
0 komentar:
Posting Komentar