Pengamat sosial politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Arie Sujito menyarankan agar PDIP menjawab tudingan Fahri itu.
“Saya kira untuk menanggapi itu PDIP
perlu mengeluarkan penjelasan. Enggak apa-apa, dijawab saja oleh PDIP,”
kata Arie saat dihubungi wartawan, Senin (24/3/2014).
Arie menilai hal yang wajar jika suatu partai melakukan serangan terhadap partai lain. Ditambah lagi menjelang pelaksanaan pemilu legislatif 9 April 2014.
“Adalah hal yang biasa saja, termasuk
serangan PKS itu sifatnya mengingatkan saja. Sekarang memang harus
saling debat track record masing-masing capres dan partai,” ujarnya.
Lebih baik lagi, katanya, semua track record calon diangkat. Agar terkesan tidak membunuh karakter satu orang saja.
“Baik itu kepada Prabowo, Mahfud, Anis
Matta, Ical, Jokowi harus diangkat semua. Yang penting bukan sekadar
fitnah. Sehingga publik tahu track record yang sebenarnya,” tandasnya.
Sebelumnya, melalui akun Twitter, Wakil Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah mengingatkan publik pada kasus-kasus saat Megawati menjadi Presiden RI dengan hastag #MelawanLupa. Ada 7 dosa Megawati saat menjabat sebagai presiden yang ditwitt Fahri, yaitu:
1. Dulu kau jual satelit negara kami ke Singapura melalui jualan Indosat dengan murah.#MelawanLupa
2. Dulu kau jual aset-aset kami yang dikelola BPPN dengan murah (hanya 30 persen nilainya) ke asing.#MelawanLupa
3. Dulu kau jual kapal tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal. #MelawanLupa
4. Dulu kau jual gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke China (hanya $3 per mmbtu). #MelawanLupa
5. Sekarang, kau ngomong lagi soal nasionalisme, setelah kader-kader kau banyak yang korup.#MelawanLupa
6. Dan sekarang, untuk mengkatrol suaramu yang terpuruk, kini kau umpankan si “Kotak2″. #MelawanLupa
7. Semoga saja, rakyat kini tak lagi terbuai oleh janji-janji manis-mu…#MelawanLupa.
inilah.com
Dan ini jawaban Megawati
Fachri Hamzah Terdiam, Kicau Megawati Membuka Mata Hati
Saya akui sebagai seorang yang berbibir tipis ketika mencerca habis habisan kebijakan Megawati Soekarnoputri dalam masa pemerintahannya yang singkat pada 2001–2004. Saya hanya mendengar dari ujung, tapi mengabaikan sumber berita dari pangkalnya. Seperti kebiasaan kita, hanya menghakimi dari yang terlihat sekilas tapi mengabaikan yang alasan dibalik yang terpampang.
Tidak seperti ayahnya, orator ulung yang oleh Eropa disamakan dengan Julius Caesar atau Benito Mussolini dalam hal pidato, Mega terlihat membosankan dalam berbicara. Atau lebih buruk lagi, kaku. Demikian pula soal kebijakannya yang kontroversial seputar penjualan Indosat dan Gas murah ke China dari ladang Tangguh.
Walaupun banjir kritik dan hujatan silih berganti menghampirinya, saya lupa satu hal….dia tidak pernah membela diri. Ketika kebijakannya itu menjauhkannya dari kesempatan terpilih lagi jadi presiden 2004 dan 2009, dia tidak juga membela diri. Hanya partainya PDIP yang mendukung kebijakannya dan berusaha menjawab tudingan yang brutal itu.
Kita mungkin berpikir bahwa Megawati tidak bisa berpikir untuk menjawab secara komprehensif terkait keputusannya. Atau dia mungkin hanya bisa tandatangan sesuai permintaan dari para menterinya. Sampai tuduhan soal pembisik, disetir dll ( seperti juga dialamatkan pada Gusdur) seolah benar dijaman Megawati.
Sampai baru baru ini dia bersuara, karena sepertinya tidak ingin 3Kali pemilu isu lama diputar ulang. Atau mungkin dia tidak ingin kesempatan partainya bersama Jokowi terusik karena kebijakannya diwaktu lampau. Melalui akunnya di twitter, dia menjawab seputar yang dipermasalahkan Fachri Hamzah, dkk.
Setelah mengambil sumpah jadi presiden menggantikan Abdurrahman “Gus Dur” Wahid yang dilengserkan poros tengah, pendukungnya sendiri. Megawati mewarisi kekosongan anggaran untuk APBN, utang luar negeri termasuk tenggat pembayaran pada International Monetary Fund (IMF).
Ini masih ditambah lagi dengan peralatan militer seperti jet tempur dan kapal perang yang tidak bisa dipakai. Embargo senjata oleh AS karena krisis Santa Cruz di Dili oleh militer jaman Habibie. Ketidakmampuan TNI karena embargo ini dibarengi kegiatan Kapal Induk AS di laut Jawa dan Selat Timor mengusik harga dirinya.
Harga diri yang kedaulatannya dipasung krisis dan embaro membuatnya harus bertindak sebagai pemimpin. Dia tidak mau menerima tawaran utang dari AS yang syaratnya aneh aneh. Membalas manuver kapal induk AS ini, Megawati memutuskan melepas aset berharga seperti Indosat dan saham BUMN lain.
Setelah mendapat uang untuk mengisis APBNnya, pemerintah membayar utang ke IMF, dan membeli senjata baru dari Rusia dan Polandia seperti Sukhoi dan helikopter. Membangun pemukiman bagi tentara dan memperbaiki sistem alutsista yang mengembalikan kepercayaan diri TNI.
Pada saat bersamaan pemeritahannya melakukan diplomasi mawar dengan menintensifkan hubungan dengan Rusia, China Korea Utara dan Eropa Timur. Hal ini untuk mengirim pesan yang jelas dan tegas kepada AS agar menjauh dari teritorial Indonesia dan menarik kapal perangnya dari laut Jawa. Karena Indonesia bisa bergabung kapansaja untuk mengisolasi AS dari keangkuhannya.
Sumber keuangan lain saat itu adalah Gas dari Tangguh yang sayangnya hanya China yang potensial sebagai pembeli. Bersaing dengan Rusia, Indonesia tidak punya banyak pilihan selain menawarkan harga murah karena terdesak krisis ekonomi yang parah.
Namun syarat harga murah itu bukan hal ringan bagi China, sebab mereka harus membantu pembuatan jalan ke desa desa dan beberapa megaproyek seperti jembatan dan bandara. Harga harus direnegoisasi setiap lima tahun setelah delapan tahun awal kontrak berjalan.
Syarat yang menyentuh saya, yang buat terharu adalah bahwa China juga harus membantu 1.2 juta rakyat Korea Utara yang kelaparan.
Setelah membaca semua kicauan “kultwit” beliau, saya mendapati pikiran saya terbuka lebar. Bahwa mungkin saya memang tidak punya kapasitas memimpin sedikitpun dibanding yanh dilakukan dan dialami olehnya. Saya ikut merasakan dilema yang hanya orang bijak yang sanggup membuat keputusan demikian brillian.
Mungkin bukan keputusan yang baik, namun kebijakan itu telah mengangkat moral berbagai pihak didalam negeri sebanyak kita yang mencacinya dahulu. Kita mencerca tanpa solusi alternatif sedikitpun. Tapi Megawati telah membawa kita pada pada keputusan yang masuk akal dengan kondisi ketika itu. Yang sepantasnya diberi pujian meski tidak populis seperti BLT misalnya.
Dan satu lagi yang saya dapatkan, bahwa Megawati mungkin seorang komunikator yang buruk, tapi dia bukan pembuat keputusan yang buruk. Dia cerdas dan cerdik mengatasi Amerika dan tahu cara mengisi pundi pundi negara tanpa menambah utang.
Begitulah… sekian lama, seseorang baru bisa dipahami. Dan akun Fachri Hamzah pun terdiam…
0 komentar:
Posting Komentar